Selepas ketabrakan, Ivan keluar dari kereta dan kaget melihat Eka terbaring diatas jalan. Lantas Ivan membawa Eka kerumah sakit. Kemudian Ivan menggendong Eka ke ruangan kecemasan. (Kuat bener Ari bisa menggendong Eka ) Andi sampai dirumahnya Dia dan bertanyakan hal Eka. Dia maklumkan yang Eka belum pulang begitu juga dengan Ivan. Saking sebelnya kali yach, terus Andi bilang jangan terlalu memikirkan soal Ivan. Lebih baik memikirkan soal Eka. Dia sepertinya kurang senang deh dengan pengucapan Andi terhadap Ivan. Andi mengagak mungkin Eka keluar ama temen2nya. "Nggak mungkin. Kalau pun Eka keluar ama temen2nya, dia pasti menjenguk aku, Di""Ya udah..sebaiknya kita ke polisi dulu untuk memaklumkan hal Eka soalnya hanya polisi bisa membantu. Selepas itu kita keliling-keliling mencari Eka" "Ok. Aku tukar baju dulu yach" Dia terus berlalui ke kamar. Telefon berbunyi dan Andi menjawab. Ternyata Ivan yang nelefon. Ivan sempat hairan siapa yang mengangkat telefon"Ini aku" bilang Andi (ketikaa ini gwe sebel banget ngeliat mukanya Andi. Sombong amatttttttttt) Ivan mau berbicara dengan Dia tapi Andi memberitahu yang Dia lagi tukar pakaian. Ivan bilang ke Andi yang sekarang ini dia dirumah sakit.bersama Eka. Andi terus hang up. Dirumah lama Ivan, Fifi sebel ama Susi kerana mengagalkan rancangannya. Susi cuma cuek aja mendengar Fifi. "Mama lakukan ini untuk kebahagian kita.""Kebahagiaan kita? Bukannya kebahagiaan Mama & Gita?""Kalau mama bahagia, kamu juga turut bahagia dongggg" :Mama itu nggak pernah memikirkan kebahagiaan aku. Mama cuma memikirkan soal mama & gita. Mama nggak ingat janji mama pada aku? Mama janji nggak mau mikirin soal Ivan lagi. Nyatanyaaaaa.....mama masih juga mengharapkan si Ivan itu*selepas ini gwe nggak ingat apa dibilang ama Susi. Gwe cuma ingat yang Susi ditampar ama Fifi*Dirumah sakit, Dia terus mendapatkan Eka. Ivan yang duduk ditepi katil cuma memerhati. Ivan berterus terang pada Dia yang dia yang menabrak Eka. Dia kaget. Ivan coba meyakinkan Dia yang itu ada kecelakaan. Ivan nggak sengaja menabrak Eka. Andi sepertinya menggunakan kesempatan ini dan mengugut Ivan kalau kejadian ini bukannya kecelakan, dia akan menuntut ke pengadilan. Ivan jadi emosinal."Nggak mungkin saya sengaja menabrak Eka. Dia, kamu ingat kan, ketika itu saya nelefon kamu. Waktu itu Eka udah di hadapan mobil. Saya nggak sempat nyetir lalu ketabrak."Kamu khan dari dulu benci sama Eka kerana Eka mengingatkan kamu kepada orang yang menghamili Dia"Andi!!!!" Andi keluar dari kamar Eka dan sempat mengingati Ivan kalau sampai ada apa2 terjadi sama Eka, dia akan bawa Ivan kepengadilan. *Gue pikir Andi pulang kerumah malah Andi berjumpa dengan doktor yang merawat Eka*"Maaf, anda siapa ya?"Andi menghulurkan kartu namanya "Saya pengacara hukum korban""Ohhh...silakan duduk pak""Saya minta bapak untuk menjalankan test darah untuk Ivan""Test darah?""Yachh....ini adalah untuk memastikan yang Ivan bukan dibawah pengaruh obat-obatan terlarang atau mabuk ketika kecelakaan itu. Kalau terbukti Ivan dibawah pengaruh obat-obatan terlarang atau mabuk, saya ingin menuntut kepengadilan sesuai permintaan korban" (Si Andi ini betul2 mengambil kesempatan ini untuk memojok Ivan)"Ya pak...akan saya laksanakan""Test darah??? Untuk apa?""Saya nggak tau, saya cuma diarahkan untuk mengambil sample darahnya Pak Ivan""Ya....nggak apa2..silakan sus..." Ivan menghulurkan tangannya."Sus, kenapa Eka masih belum siuman?" Ivan berusaha untuk meyakinkan Dia yang dia tidak sengaja menbabrak Eka.(Disini gue betul2 kasihan melihat Ivan. Dia bersungguh2 meyakinkan Dia untuk mempercayai kata2nya)Dia bilang usah dipikirin lagi, Dia cuma bingung memikirkan akan musibah yang nggak henti2nya menganggu kehidupan keluarganya."Marsha""Iya pa?""Semalam kamu diantar sama Rendy?"Kok papa tau aku diantar sama Rendy?""Ketika kamu pulang, papa belum tidur. Mobil kamu mana?""Ermmm....semlm bannya kempes. Jadi Marsha tinggalin aja dirumahnya Shirley""Ok...kamu bagi papa alamat rumahnya Shirley. Papa akan menghantar orang untuk menggantikan bannya""Ok""Marsha, tidak lama lagi kamu akan habis SMA. Perancangan kamu gimana?""Marsha sich maunya belajar jurusan Ekonomi""Nahhhh...jadinya papa nggak salah pilih. Papa telah memutuskan untuk menghantar kamu ke salah satu sekolah terbaik di Australi"" Hahhhh....Australiii??"(Gue miss part awalnya tapi gwe sempat ngeliat Dia dalam biliknya Ivan dan bergegas memberitahu Ivan yang dia ke rumah sakit dan cepet2 keluar dari bilik Ivan.*"Walaupun kamu berusaha menutupi perasaan kamu, Dia tapi saya dapat merasakannya. Ya Tuhannn...bila semua ini akan berakhir"Diluar, ada dua orang polisi hendak mengetuk pintu tapi sempat dibuka oleh Dia"Maaf Ibu. Ini rumahnya Bapak Ivan?""Iya. Ada apa ya?""Maaf Ibu, disini kami ada membawa surat untuk Bapak Ivan. Bapak Ivan diminta untuk ke kantor polisi untuk di introgasi sesuai permintaan pengacara hukum""Introgasi?""Iya. Ini suratnya. Seharusnya secepatnya dibagi ke Bapak Ivan. Permisi Bu. Selamat pagi". Demi saja polisi pergi, Dia membelek2 surat itu. Dibelakangnya ada nama Andi."Andiiii??" "Andi, apa ini? Aku kan nggak nyuruh kamu untuk menuntut ke pengadilan. Aku nggak mau masalahnya berpanjangan". Andi cuma memandang Dia dan menghulurkan fail."Obat penenang??""Test darah Ivan membuktikan yang Ivan dibawah pangaruh obat penenang ketika menyetir mobil. Jadi, ini bukan satu kecelakaan. Ivan nggak seharusnya menyetir kenderaan ketika dibawah pengaruh obat-obatan." "Obat penenang?""Iya. Sewaktu kecelakaan tersebut, kamu dibawah pengaruh obat penenang. Kok aku nggak tau, Van yang kamu mengambil obat penenang?""Kerana aku nggak pernah mengambil obat penenang, justru itu. Kamu harus percaya sama aku, Dia. Ini mesti rancangannya Andi. Kamu harus percaya sama saya. Siapa tau itu semua beli asli dong""Van, nggak mungkin ini hasil paslu. Ini (Dia menghulurkan fail test Ivan) hasil dari test darah kamu. Bagaimana mungkin Andi melakukan semua ini. Ini hasil asli dari dokter." (gue nggak ingat exactly apa butir bicara Dia & Ivan. Jadi gue ringkaskan aja yach)Kemudian Dia bilang dia juga menyuruh Andi mengugurkan dakwannya terhadap Ivan. Dia keluar dari rumah dan Andi menunggunya diluar. Andi menyanyakan bagaimana Ivan menerima semua itu. Dia bilang Ivan ok saja dan Dia bilang dia tidak mahu semua ini berpanjangan lagi dan ingin semua ini berakhirSusi, temen2 dan Bu Guru melawat Eka dirumah sakit. Bu Guru mengharap Eka akan cepet2 sembuh. Eka hanya diam saja. Susi hairan melihat keolahan Eka. "Eka...ka...kok diam aja sich...Kaaaa?" "Bu Guru""Oh Ibu Dia...kami kemari untuk menjenguk Eka." Dia berterima kasih atas kedatangan Bu Guru dan temen2. Kemudian, bu guru & temen2nya pulang termasuk Susi."Eka, ini mama. Kamu kok diam2 aja. Kamu bilang sesuatu donggg...." tapi Eka diam terus. Dia kemudiannya berjumpa dg dokter. Dokter mengusulkan Eka dibawa ke phsyscritist (kejiwaan) kerana hanya itu yang boleh membantu Eka tapi Ekanya sudah boleh dibawa pulang."Disneyland?""Iya..Disneyland. Kita akan kesana sama Mama, Papa dan Gita" Gita gembira bila mendengar Fifi mau membawanya ke Disneyland tapi Gita sempat gengsi apa Ivan mau ikut. Fifi bilang sudah tentu Ivan mau ikut kerana kalau anak kecil mau ke Disneyland harus ditemanin sama papa & mamanya. Lalu, Fifi dail number ke restoran & menyuruh gita bilang ke Ivan. "Halo. Bisa bicara dengan Ivan? Sakit??? Makasih ya?""Papa sakit?""Halo Van. Tadi aku nelefon ke restoran. Katanya kamu sakit. Kamu kenapa? Apaaaa???? sekarang kamu nggak apa2??? Kemudian Fifi hang up the phone.Susi minta pertolongan Ayu untuk menggunakan kuasa paranormalnya setelah melihat Eka berbicara seorang diri. Mulanya Ayu menolak kerana sudah berjanji. Susi trus2an membujuk Ayu kerana in bukannya untuk Susi tapi untuk nolong Eka. Lama2 Ayu setuju dan Susi terus membawanya kerumah sakit. Marsha minta Ria menemanin dia ke rumah sakit memlawat Eka. Ria sempat melahirkan rasa simpati ke Eka."Dwi baru aja meninggal. sekarang Eka masuk hospital. Kasihan ya keluarga itu""Ri, Eka itu masuk rumah sakit ketabrakann!! Ayo dongggg!!!"Dihospital, Susi dan Ayu melawat Eka. Aku masih takut2 untuk menggunakan kuasanya tapi Susi insist her to do so dan terus menarik tangan Ayu ke tangan Eka. Eka seperti terkena kejutan listrk dan terus memandang Ayu. Nggak lama kemudian, Marsha dan Ria datang. Marsha hairan melihat Susi ada disitu. Susi bilang dia lagi menolong Eka. Ria sempat memberitahu Marsha untuk tidak mempercayai Susi"Eka...kamu nggak apa2 kan?""Eka nggak bakalan menyahut. Kalaupun mulut kamu sampai berbusa pun, dia nggak akan menyahut." Susi kemudiannya membawa Ayu meningggalkan Marsha dan Ria."Yu, kamu nampak apa tadi sih?" Mulanya Ayu seperti ketakutan tapi Susi terus mendesak. Akhirnya Ayu memberitahu yang Eka masih berkomunikasi dengan Dwi. Eka sepertinya nggak rela berpisah dengan Dwi. Lagi pula Dwi ada hasrat yang perlu dilaksanakan oleh Eka."Papa""Gita""Van, kamu nggak apa2, kan? Kok aku nggak dikasi tau kamu sakit?""sekarang saya udah baikan kok. Nggak apa2"."Lho..ada tamunya ya" Dia lembut menyapa Fifi dan Gita"Kenapa? Kamu nggak suka saya dan Gita kemari?" Fifi terus marah2 apabila melihat Dia masuk kerumah. Nadia bengong kerana dia cuma menyapanya doang. Fifi kemudian menarik Gita keluar dari rumah Dia.Dia keluar jumpa Fifi. Fifi terus marah2 dan menuduh Dia macam2."Kamu nggak ada hak untuk menahan Ivan dirumah kamu, Kamu udah kehilangan Dwi tapi saya masih ada Gita." Dia kesal dan masuk kerumah. Dia nggak berpuas hati dengan keolahan Fifi dirumahnya. Ivan meminta maaf dan mengakui tidak seharusnya Fifi berkeolahan begitu dirumahnya Dia. Lagipun, Ivan juga sadar yang dia juga menumpang di rumanya Dia."Aku tidak bermaksud begitu, Van""ya...aku minta maaf. Kalau kamu nggak senang, saya boleh memberitahu ke Fifi untuk tidak kesini lagi." telefon berdering. "Halo" Muka Dia berubah"Untuk kamu""Van, apa haknya dia memalukan aku begitu. Kamu tau apa dikatan Dia ke aku dan Gita." Ivan sepertinya udah letih mendenger pembohongan Fifi terus hang up. Fifi ketawa licik. Gita nggak suka bila mamanya menipu papanya.Setelah menghantar Ayu, Susi kembali lagi kerumah sakit. Susi menyakinkan Eka. Susi sanggup menolong Eka menyempurnakan hasrat Dwi yang terakhir. Susi percaya yang Eka juga nggak (^_^)V (Susi memanfaatin info yang diberi oleh Ayu)"Bener, Sus?" (akhirnya mau juga dia berbicara) "Iya. Aku mau kok nolong kamu menyempurnakan hasrat Dwi""Makasih Sus" Eka terus memeluk Susi. Susi terkejut dipeluk begituan tapi seperti biasa, sempat tersenyum licik.Marsha memberitahu ke Ria yang dia akan dihantar ke Australi oleh papanya. Ria menyokong usul papa Marsha tapi Marsha pinginnya belajar di sana supaya bisa dekat sama Eka. Kebetulan Rendy hendak melalui jalan itu & terdengar bicara diantara Marsha & Ria. "Kemana aja kamu pergi, Sha..Saya tetap akan ikut""Susi?" "Iya Bu Dia.""Kenapa?""Nggak tau Bu""Ya..suruh saja dia masuk" Susi kemudiannya masuk. Susi sepertinya tersipu2 melihat Dia tersenyum padanya."Apa ada Sus?""Maaf tante. Saya kesini untuk membicarakan soal Eka""Eka?""Apa?""Iya," Susi bilang "Eka masih berkomunikasi dengan Dwi. Masih ada hasrat Dwi yang belum terlaksana." Ivan cuba meyakinkan Dia untuk tidak mempercayai benda2 tahyul seperti itu dan tetap saja menyuruh Dia mengikut saran dokter"Saya setuju dengan Dia". Si muka tebal tiba2nya masuk memutuskan perbualan Dia & Ivan. Malah dia menawarkan seorang ustaz untuk mengobati Eka. Ivan masih nggak setuju Dia menggunakan dukun atau segala macam nonsense. Ivan masih percaya pakar kejiwaan bisa menolong Eka. "Tapi semuanya terserah kamu Dia." Kemudian Ivan meninggalkan Dia dan Andi. Andi tersenyum senang bila melihat Ivan mengalah. Dia memutuskan untuk tidak menggunakan bomoh atau dukun untuk mengubati Eka. Dia akan segera ke dokter untuk mengubati Eka. Dia juga sempat memberitahu Andi yang dwi pingin melihat keluarganya menyatu semula. Dia & Irvan rujuk. Malah Dia juga memberitahu yang Susi datang ke kantornya petang tadi. Dalam bilik, Ivan terasa dirinya semakin terpojok kerana apa saja cadangan yang diberikan, ditolak dan dia juga dapat merasakan yang Dia seperti lebih mempercayai Andi dari dirinya. Ivan sempat berbicara dengan potret Dwi, dia tidak dapat memaksa untuk Dia untuk mencintainya. Dia sempat bingung apa kah betul Dwi masih lagi panasaran.Dia menghantarkan minuman ke bilik Ivan tapi Ivan udah nggak ada. Dia terlihat sepucuk surat diatas bantal. Ivan minggat. Ivan bilang dia keluar dari rumah untuk menenangkan fikiran dan menyelesaikan kekalutan yang berlaku. Ivan harap Dia mengerti. Ivan juga bilang, sepatutnya setelah Dwi tiada, dia sudah tidak lagi tinggal di rumah itu. Demi saja Dia habis menbaca surat itu, dia menangis dan mengusap bantal dan selimut Ivan.Susi mau Ayu menolong Eka lagi. Ayu nggak mau dan itu adalah kali terakhir dia menolong Eka. Susi terus2an berusaha untuk memujuk Ayu. Ketika Susi sedang berusaha, Fifi ada dibelakang Susi lantas Susi hang up phone. Fifi tanya sama siapa Susi berbicara. Susi nggak menjawap. Nggak lama, Andi menelefon Fifi. Andi memberi amaran ke Fifi kalo Susi itu bisa merosakan rencana Fifi untuk mendapatkan Ivan semula. Andi juga memberitahu yang Susi datang ke kantor Dia. Fifi menjadi geram lantas bertanyakan Susi kenapa dia berjumpa Dia. Susi dan Fifi bergaduh sesama sendiri. Susi teriak ke Fifi yang dia nggak mau punya papa tiri. Dia nggak mau Ivan jadi papa tirinya. Fifi marah banget sama Susi lalu menampar Susi. Susi makin marah dan mengatakan yang dia nggak akan punya papa tiri. Lantas Fifi bertambah2 marah lalu mencekik Susi. "Kamu anak mama!!! Kamu seharusnya mengikut cakap mama bukannya melawan cakap mama!! Mama yang melahirkan kamu maka kamu harus ikut cakap mama!! Kalau mama tau kamu begini, mama menyesal melahirkan kamu!! Susi dicekik semau2nya. Tiba2 Gita keluar dan kaget ngeliat Fifi mencekik Susi."Ma...mamaaa....maaaa" Fifi jadi terkejut melihat Gita"Gita.....Oooh...Susiii...Susiii....mama minta maaf..mama hilaff...Sussssssss....." Fifi panik setelah melihat Susi nggak bangun2"Papa""Gita" Ketika ini Ivan ada dihotel tapi kayaknya macam bukan di hotel dech.... "Pa..papa harus kesini..""Gita..kamu kenapa""Gita takuttttt...pokoknya papa harus kesini'"Iya...Gita bicaranya pelan2 dong..kenapa?""Mama bikin Kak Susi nggak bangun. Gita takut""Apa?????????"Continue lagi dech!